Sistem RAS (Recirculating Aquaculture System) merupakan sistem budidaya ikan dimana air dalam kolam disirkulasi kembali melalui proses yang membuat kotoran ikan, sisa makanan, senyawa dan gas beracun hasil efek samping dari kotoran ikan dapat dijebak dalam tangki pengendapan dan filtrasi.
Setelah melalui tahapan tersebut, air kembali kedalam kolam. Kotoran dan senyawa yang berbahaya pun sudah hilang, atau berkurang.
Dengan proses tersebut, air yang kembali ke kolam tetap stabil dan sehat, sehingga bakteri tidak berkembang, kesehatan dan daya tahan ikan terjaga, nafsu makan ikan tidak menurun, sehingga pertumbuhan ikan menjadi lebih cepat. Secara garis besar, penerapan teknologi RAS tidak perlu wadah yang besar, karena teknologi RAS cukup dilakukan pada bak-bak kecil berkapasitas 10 ton air.
Sistem resirkulasi dalam budidaya ikan ini bertujuan untuk penghematan dalam penggunaan air dan ruang, tidak mengubah kontur tanah, kestabilan sistem dari gangguan cuaca dan lingkungan. Pengendalian budidaya sepenuhnya pada pembudidaya bukan kepada lingkungan atau alam. Selain itu, sistem RAS ini dapat diintegrasikan dengan budidaya yang lain seperti budidaya cacing sutra, pembuatan pupuk organik, dan pertanian aquaponic. Karena itulah sistem RAS ini juga disebut sebagai pertanian terintegrasi (Integrated Farming System) karena mampu mengerjakan beberapa budidaya dalam satu kali proses.
Walau sudah lengkap, mudah dan terintegrasi, sistem RAS memiliki beberapa hal yang harus dipenuhi, seperti harus adanya sumber listrik yang cukup, sumber air yang melimpah, dan harus memperhitungkan juga investasi yang dikeluarkan karena sangat berpengaruh pada alat yang digunakan.
Makin mahal dan sensitive jenis ikan, makin lengkap tahapan sistem RAS yang harus dibuat. Dan yang harus diperhatikan juga, perlunya memahami sistem budidaya ikan dan cara kerja masing-masing model alat agar tidak salah dalam membuat konfigurasi alat filtrasi.
Teknologi ini juga dapat diterapkan pada proses pembenihan hingga pembesaran untuk berbagai jenis komoditas baik tawar, payau maupun laut. Dengan penerapan system RAS ini produktivitas bisa digenjot hingga 100 kali lipat dibanding dengan sistem konvensional.
Budidaya dengan sistem RAS relatif aman dari pencemaran, sehingga sanitasi dan higienitasnya lebih terjaga serta ramah lingkungan. Selain itu, ia juga mudah dalam pemeliharaan dan stabilitas kualitas air lebih terjaga serta penggunaan air lebih hemat. Teknologi RAS bisa disebut menjadi jalan keluar atas tantangan perikanan budidaya seperti perubahan iklim dan kualitas lingkungan.
Untuk diketahui, komoditas air tawar perikanan budidaya memberikan kontribusi cukup besar terhadap produksi perikanan budidaya nasional, terutama untuk nila, lele, patin dan gurame. Teknologi pembenihan ikan intensif ini akan menjadi primadona baru bagi para pembudidaya, khususnya pembenih ikan.
Teknologi pembenihan dengan sistem Recirculation Aquaculture System (RAS) dapat meningkatkan padat tebar hingga 28 – 30 ekor per liter. Sistem ini juga memangkas masa pemeliharaan benih menjadi relatif lebih pendek yaitu 30 hari dapat mencapai ukuran 2 – 4 cm dengan tingkat kelulusan hidup mencapai 95% dan tingkat keseragaman ukuran hingga 90%.
Agroqu akan terus memperbarui perkembangan dari Sistem RAS karena sistem ini terbukti efektif dalam mengendalikan hama serta meningkatkan produktivitas sistem budidaya. Jika dua hal tersebut berjalan lancar, maka, omset pembudidaya pun akan meningkat tajam.
Dalam skala besar, sistem RAS dapat mengurangi efek pemanasan global. Sehingga Agroqu optimis bahwa nantinya sistem RAS ini dapat menjadi solusi meningkatkan produksi budidaya ikan di Indonesia.