Ikan Patin menjadi salah satu jenis ikan air tawar favorit banyak orang. Selain rasanya yang gurih dan lezat, kandungan gizi di dalam ikan patin diketahui setara dengan ikan salmon, tuna dan ikan sarden. Ikan patin biasa menjadi hidangan dalam bentuk gulai, pindang hingga difermentasi.
Hampir seluruh bagian ikan patin dapat dikonsumsi. Daging dan kepala ikan patin dapat diolah menjadi masakan yang lezat, sedangkan bagian tulangnya dapat menjadi kaldu ikan yang juga sama nikmatnya.
Jika mempunyai penyakit kolesterol pun tak perlu khawatir jika ingin menyantap ikan patin, karena Ikan patin memiliki kandungan kolesterol yang rendah. Bagi yang sedang berdiet, ikan patin bisa membantu menyuplai protein dalam tubuh dengan baik.
Karena banyaknya kelezatan dan manfaat yang diberikan ikan patin, maka ikan ini banyak diburu oleh masyarakat. Tetapi selain ikan patin lokal, beredar juga ikan patin impor asal Vietnam. Beredar kabar ikan patin impor asal Vietnam itu berbahaya jika dikonsumsi.
Walau saat ini sudah banyak produk ikan patin asal Vietnam yang tidak lagi dijual di pasaran sejak dilakukannya sosialisasi ke para pemilik toko ritel di Jakarta. Tetapi, tidak menutup kemungkinan kalau ikan patin impor masih beredar di pasaran melalui toko online yang menjual produk ini.
Mempertimbangkan hal tersebut, maka sebaiknya mulai memahami perbedaan antara ikan patin lokal dan ikan patin impor. Nah, berikut ini adalah beberapa perbedaan yang bisa dilihat antara ikan patin lokal dan ikan patin impor:
1.Ikan Patin Lokal
-
- Mempunyai kadar air yang lebih rendah
- Kadar protein, lemak, asam amino dan asam lemak (MUFA) lebih tinggi
- Warna daging orange, kekuningan, pink, krem hingga putih (tergantung pada jenis dan kondisi budidayanya)
- Lapisan es lebih tipis
- Kandungan STPP (Sodium Tripolyphosphate) sesuai peraturan BPOM
- Setelah dicairkan dari kondisi beku, berat bersih ikan tidak banyak berkurang
2.Ikan Patin Impor
-
- Kadar airnya lebih tinggi
- Kadar protein, lemak, asam amino dan asam lemak (MUFA) lebih rendah
- Warna daging sangat putih
- Lapisan es lebih tebal
- Kandungan STPP (Sodium Tripolyphosphate) melebihi ambang batas
- Setelah dicairkan dari kondisi beku, berat bersih ikan menjadi berkurang atau menyusut
Selain ciri di atas, dari yang Agroqu amati produk ikan Patin impor biasanya harganya lebih murah dibanding produk lokal. Harganya bisa mencapai setengah dari harga Patin lokal. Walau begitu, Agroqu menyarankan agar tetap usahakan membeli ikan patin dengan harga normal pada umumnya.
Untuk diketahui, Patin Indonesia lebih aman dikonsumsi karena merupakan patin probiotik yang dibudidayakan di kolam dengan air tanah yang bersih, dan dengan kepadatan yang lebih rendah dibandingkan negara lain. Sedangkan, ikan patin negara lain ada yang diolah dengan kandungan fospat tinggi, dan sebagainya.
Agroqu menilai bahwa sangat penting bisa membedakan ikan patin lokal dengan ikan patin impor supaya bisa mendapatkan manfaat dari ikan patin bagi kesehatan, bukan sebaliknya. Ikan patin lokal dari perairan Indonesia terbukti lebih baik dan sehat dibandingkan ikan patin impor. Kementerian Kelautan dan Perikanan juga sudah menjamin bahwa kebutuhan patin lokal akan semakin terbuka luas untuk memenuhi permintaan konsumsi masyarakat.